Kamis, 25 November 2010

dibalik nikmatnya coklat

 di post-kan untuk WARTA WARGA GUNADARMA

C-O-K-L-A-T .
6 kata dengan sensasi berjuta. coklat merupakan salah satu makanan favorit semua orang. Nah, bagaimana jika kita mendapat kiriman sekotak penuh coklat dari seseorang yang dekat di hati? Senang pasti. Tapi tunggu...sejauh ini pernahkah kamu menderita gangguan sakit maag? Jika ya, batasi konsumsi coklat. Sekotak penuh tak berarti harus dihabiskan semua jika tak mau menderita belakangan.

Tahukah kamu, coklat, kopi, teh dan minuman lain yang mengandung kafein amat tak bersahabat bagi lambung, khususnya bagi mereka yang rentan terkena gejala sakit maag?

Mungkin ada sedikit protes, kok coklat sih? Apa boleh buat. Coklat termasuk dalam daftar makanan yang kerap menjadi penyebab terjadinya nyeri lambung. Bayangkan jika lambung kamu berulah, mau meluruskan badan saja susah, bawaannya jutek melulu. Teman pun takut untuk mendekat.

Gejala seperti nyeri lambung, terasa seperti ditusuk-tusuk, kadang disertai rasa panas terbakar, mual, kembung atau lebih dikenal sebagai gejala sakit maag, adalah salah satu efek samping dari kandungan kafein di coklat yang nikmat itu.

Kafein dalam coklat  dapat merangsang sekresi berlebihan asam lambung dan akhirnya bisa mengakibatkan asam lambung berbalik ke kerongkongan (refluks). Asal kamu tahu, coklat mengandung konsentrasi theobromine (sebuah senyawa yang terjadi secara alami di sejumlah tanaman seperti kakao, teh dan kopi), yang melenturkan klep kerongkongan bawah (lower esophageal sphincter. Mengendurnya katup alami ini membuat asam lambung naik, mengiritasi dinding lambung, yang kita rasakan sebagai sensasi nyeri dan panas terbakar.   
Makanan berlemak umumnya sulit dicerna, sehingga memperlambat pengosongan lambung. Hal ini dapat menyebabkan naiknya peregangan di lambung yang akhirnya dapat meningkatkan kadar asam lambung. Peningkatan asam lambung inilah yang memicu munculnya rasa nyeri, seperti terbakar, sebagai gejala sakit maag.

Lantas, apakah tak boleh mengonsumsi coklat sama sekali? Tergantung, relatif pada setiap individu. Ketahanan lambung pada setiap orang berbeda. Ada yang baru mengunyah sebatang coklat ukuran kecil, namun lambung sudah 'berontak'. Ada juga yang menghabiskan sepotong besar coklat batang, namun tetap nyaman saja. Namun ingat, kondisinya berbeda pada setiap orang. Lebih baik lagi jika kamu konsultasikan dengan dokter, berapa banyak coklat yang boleh kamu konsumsi, apalagi jika kamu pernah punya pengalaman tersiksanya sakit maag.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar