Rabu, 06 Februari 2013

kanvas pink

Konon, kekasih sejati penulis adalah pembacanya.
Rasanya belum lama ini menerima yang namanya surat cinta. yang aku ingat, selembar amplop putih yang memudar dalam lekat malam di bulan gerimis tahun lalu.
Membuka surat dengan katakata yang spontan berterbangan di dalam lipatannya, seperti menunggu rintik hujan jatuh pelanpelan, menunggu ketenangan.
Ada gerimis diantara barisbaris kata, dan harum dedaunan basah.
Aroma tanah yang menguap, seperti parfum yang membuatku terus merindu.

Mataku menjelajahi setiap desain kalimatnya, seperti melihat hurufhuruf yang saling bertabrakan keluar dari mulut, berlompatan membentuk nadanada.
Saat itu, rasanya sinar bulan terlalu menyeringai, membuatku buruburu menyipitkan niat untuk membalas cinta si pengirim. Meski kadang tak tau siapa dia.

Ternyata rasanya tak enak, berdiam diri dalam fikiran-fikiran yang berputar tak henti.
Berceracau, bising, runyam.
Berkatakata sendiri. ditimpali oleh dinding-dinding dingin. Lalu disangkal oleh diriku sendiri, untuk dicerca kembali oleh katakata yang berserakan.
Dan terus berlalu begitu dengan katakata yang berterbangan terdisorientasi waktu dalam satu ruang sempit.

Entah sudah berapa lama kertas itu tak menemukan jawabannya. Bagiku kini, tiap butir kenangannya telah membentuk kepingankepingan aksara yang berjabat erat dalam ruang yang tidak menyentuh cinta..





-- Terima kasih atas goresan warna-warna indah dengan guratan seni yang menawan pada suratmu, maaf aku tidak bisa berbuat apa-apa  dan hanya membuatmu menanti dan terlewatkan begitu saja--

luthfiana Azizah